Tuesday, March 14, 2006

Welhadalahh...!!

serba-serbi seputar pembantu

Keberadaan profesi seorang pembantu memang sangat fenomenal. Pembantu dari kata bantu dimaksud hanya untuk membantu majikan karena pekerjaan rumah yang tidak bisa di'handle' oleh orang rumah saja. Tapi tujuan utama membantu kini berkembang menjadi 'mrantasi' atau membereskan rumah secara keseluruhan tergantung dari rembugan awal mengenai 'job- des' nya sehingga keadaan ini membuat manja seisi rumah.Terutama terlihat pada saat Hari Raya dimana para bedinde dengan suka cita menikmati liburan tahunannya ke desa kelahiran tercinta.Wadduh!!...heboh seisi rumah. Pembantu yang biasa memimpin tampuk pemerintahan dapur yang tak tertandingi menjadi sangat dirindukan kepulangannya.

Pembantu jaman aku kecil dulu lain dengan pembantu sekarang, berbeda juga antara pembantu di daerah dan .perkotaan.
Masa aku kecil, mungkin karena hidup dijawa dengan mengambil filosofi orang jawa... pembantu dengan tulus akan mengabdi kepada majikannya. Dengan sangat loyal mereka akan meladeni majikan dengan sepenuh hati tanpa tuntutan macam2 sehingga perolehan materi menjadi kurang diperhitungkan asal mereka 'mantep nderek majikan'.

Aku terkesan pada pembantu yang dulu 'momong' aku si Sar namanya....orangnya putih cantik, sederhana, meski agak genit tapi keluargaku maklum lha wong masih muda. Sepintas kalau orang berjumpa nggak akan nyangka kalau dia seorang pembantu, tak heran banyak kumbang2 yang mendekatinya. Tapi ternyata hanya Wardi anak seorang bakul wedang yang mangkal diperempatan dekat rumahku berhasil nyantol dihatinya....Kami paham dgn tingkah laku Wardi yang wara-wiri dengan sepedanya mengganggu si Sar...kring..kring!! begitu bunyi bel sepedanya. Hingga suatu saat Wardi membawa ranting2 beserta daun salam ber 'ombyok'2..sreeekk.srreekk..dan si Sar menyambutnya dengan gembira.... setelah itu daun salam disusun sambil senyum2. Tahu nggak??! ternyata daun salam yg bertumpuk2 itu adalah tanda cinta Wardi yang menjadikan mereka 'jadian' saat itu.juga....wah..wah..inilah romantisme sederhana. Akhir cerita mereka menikah hingga punya anak satu, tapi sayang perkawinan tidak berlangsung lama karena nasib malang menimpa si Sar....dia meninggal jatuh dari motor ketika sedang bahagia2nya pulang kampung bersama anak dan suami.

Kesederhanaan pembantu di daerah juga masih sangat kental. Pembantu ibuku punya cita2 beli kompor minyak tanah dengan sumbu 24 supaya kalo pagi acara masak memasak bisa diatur, satu kompor untuk masak air sedangkan yang sumbu 24 bisa untuk masak nasi biar anaknya bisa sarapan karena kata orang kalau sarapan dulu sebelum kesekolah bisa pinter!..gitu katanya..."Tapi bu..itu nanti kalau menang arisan 45 ribu..atau duit Gakin (keluarga miskin) turun".....apa nggak trenyuh siih..Ketika si Budi ini aku kasi 50 ribu untuk beli kompor...." Woalah buu...pantes semalam saya mimpi nimba air sumur...ternyata dapat rejek nomplok...Alhamdulillahh.."....Budi..Budi...mau nyuruh kamu untuk kerja lebih keras lagi kok pekewuh...
lha sudah keras banget...aku malah membayangkan kapan cita2mu untuk beli becak supaya suamimu nggak perlu setor ke juragan lagi akan terkabul...duuhhh!! trenyuh lagi....

Di.perkotaan terutama Jakarta pembantu tidak sesederhana didaerah, malah terkadang punya kecenderungan untuk berdandan ala majikan, apalagi pembantu yang masih kinyis...ck..ck..ck...centilnya mana tahan !! Sampai sekarang aku heran campur gondok!! tiap punya pembantu kinyis selalu aja pengen niru...dari model sandal, warna lipstik, model ikat pinggang, jam tangan, celana jeans...semua diintip !! heran..heran...dan mereka juga nggak sayang untuk menghambur2kan uang demi gaya macam bos....

Pembantu depan rumahku di Jakarta lebih edan lagi !! Tapi ini juga kesalahan mama bos...mentang2 dia ngasi gaji gede ke pembokat semua masalah rumah tangga didelegasikan ke 'mbak' hingga urusan urut mengurut, pijat memijat dan kerok mengerok papa bos bahkan sampai menyiapkan pernak pernik baju dalam sebelum berangkat kekantor... Welha...!! ternyata papa bos menikmatinya tanpa sepengetahuan mama bos dan tanpa mengenal tempat. Hingga suatu saat gguubbbrraaaakkk.....!! si papa jatuh dari atap rumah ketika membetulkan antena TV....gimana nggak jatuh lha main kelitik-kelitikan diatap bersama mbak yg disuruh si mama untuk bantu2. Weesshh..salah siapa....dan si mama pun memberikan perintah lagi ke mbak..." Minaahh..itu bapak diolesin minyak...biar nggak bengkak"..weh!.. masih belum 'ngeh' juga tuh si mama...

Aku salut dengan pembantuku sekarang si Mpok Minah dan biasa aku panggil dengan bu Andi karena suaminya tukang ojek yang mangkal didepan rumahku bernama pak Andi. Loyalnya seperti pembantu jaman dulu, pengertian, nggak banyak tuntutan, dan membela majikan, makanya tak heran 8 tahun ikut keluargaku rasanya seperti baru kemarin sore. Sekarang dia merasa hidup lebih tenteram karena 2 anak gadisnya sudah dipersunting oleh laki2 yang punya pekerjaan tetap, punya rumah, kendaraan dan mengayomi istri serta perhatian terhadap pak dan bu Andi ini. Selain itu cita2 punya motor untuk ngojek
menggantikan vespa bututnya juga sudah terlaksana. Aku ikut bahagia mendengarkan kisahnya...

Terlalu banyak cerita mengenai pembantu, kadang bikin kesal, kadang bikin geli, tapi terkadang juga bikin sedih, kalau diamati cara berfikir mereka memang sangat sederhana dan kurang memikirkan masa depan. Dulu sebelum si Budi ,ibuku punya pembantu centil si Mar dan Rudi yg dua2nya super bikin gondok!! Saking sok PeDenya mereka, dirumah berani pakai celana pendek !! Mereka juga sudah matre dan sering menggoda mahasiswa dengan berpura2 sebagi mahasiswi.....weh kelewatan kan ?...mereka juga enggan berhubungan dgn laki2 yg tidak punya motor...tapi inilah yg bikin mereka keblinger....ketika ada pemuda yang mendekati mereka dengan berkendara motor langsung saja mereka 'kepencut' (jatuh hati). Singkat cerita...Ketika perkawinan sudah terjadi...ternyata baru ketahuan kalau motor yang digunakan untuk apel kencan adalah motor pinjaman, sedangkan si cowok hanyalah pengangguran total....nasib..nasib..tapi apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur.....

Pembantu..pembantu...ada2 saja ulahmu. Tapi aku salut !! banyak teman2 seprofesimu yang berhasil membangun desanya dengan mengeluarkan segala keberaniannya untuk mengadu nasib di negri orang. Meskipun banyak cerita tidak sedap mengenai duka pembantu di tanah Arab tak sedikitpun menyusutkan niatmu untuk berjuang.

1 comment:

Anonymous said...

Di Kuala Lumpur pembantunya orang mana mbak? Bawa dari Indon ya?