Saturday, September 05, 2009

Kini monyetpun ikut beraksi

Baru-baru ini berita penangkapan 12 orang pemberi sedekah kepada pengemis membuatku penasaran. Pelaksanaan Perda mengenai ketertiban umum membuat kita harus memilih untuk menyalurkan sedekah kepada institusi pelayanan sedekah secara formal seperti yayasan2 sosial maupun Bazis. Jangan sampai niat baik untuk bersodakoh malah berujung penangkapan ditambah ancaman denda, weleh..
Ah..Jakarta memang selalu punya cerita, dari yang lucu, seru sampai mengharu biru. Bener-bener kagak ada matinye...!

Sabtu siang berdebu daku meluncur mengukur jalan untuk menjajal jalan baru Jakarta Outer Ring Road. Lalu lintas cukup lancar zonder macet namun tetap saja padat sehingga bunyi knalpot kendaraan tetap saja berseru menderu sampai kupingku ngilu.

Saat perjalanan itu terbersit keinginan untuk membuktikan keberhasilan Perda ketertiban umum tentang larangn pemberian uang kepada pengemis, memberi uang pada pengamen maupun membeli jajanan pada pengasong. Memang terasa ada sesuatu yang hilang karena sampai separo perjalan belum tampak satupun di depan mata. Ancaman sanksi yang diberikan kepada pemberi sedekah rupanya ngefek juga, oleh karena tidak ada pemberi maka tidak ada pula yang meminta.

Tapi di saat perjalanan pulang tepat dibawah tol Simatupang menuju arah Pondok Indah, tampak pemandangan aneh dan sumpah lucu ! Di pinggir jalan berderet beberapa monyet didampingi majikannya terlihat tampil imut, berdandan trendi dan berpose dengan beraneka gaya, sedangkan kaleng tempat uang sebagai tanda simpati melengkapi pemandangan ini. Dari kejauhan ada seekor monyet yg penampilannya mirip boneka perempuan bisa bergerak karena topeng cantik komplit dengan rambut blonde terurai panjang membalut tubuhnya yang mungil. Menempati paling ujung barisan, terlihat monyet bergaya seolah atlit balap sepeda, dia beraksi lengkap dengan kostum plus sepedanya. Pandangan mata polos binatang primata intentu saja langsung membetot simpatiku untuk segera merogoh kocek dan memasukkannya ke dalam kaleng uang di depan majikannya. Upst...!! bakalan kena tangkap nggag ya...? Memang tidak tercantum dalam Perda secara jelas, tapi model begini termasuk mengemis dengan modus lain nggag yah..?

Tepat di perempatan jalan masih di area itu juga lampu merah menyala. Serempak beberapa orang berjas rapi membawa kotak amal buru-buru menghampiri kendaraan yang berhenti. Meski tidak seperti pengemis kumal, tapi daku merasa curiga dengan kegiatan mereka yang sepertinya hanya membungkus aktifitas dengan baju rapi. Weh..pripun niku..?

Membuat kota Jakarta rapi, tertib, dan kinclong seperti kota metropolitan lainnya memang menjadi impian, sebagai ungkapan agar dihargai sebagai bangsa yg maju. Menghilangkan pengemis bukan berarti mengusir pengemis dari Jakarta dimana semua orang boleh merasa memilikinya. Bukan berarti tidak adanya perhatian kepada rakyat miskin untuk mengentaskan dan menyejahterakannya. Karena memihak kepada mereka bukan hanya dengan membiarkan mereka tetap menjadi pengemis yg miskin. Pasti ada cara lain untuk memberdayakan mereka agar hidup lebih bermakna, bahagia dan sentosa.

Mengingat Jakarta adalah ibu kota negara, tentu saja kota ini merupakan target kunjungan bagi orang2 dari manca negara. Semestinya kita tidak ingin kesan kemiskinan yang terlihat dari banyaknya pengemis di setiap ruas lampu lalu lintas menjadi oleh-oleh cerita di negara mereka. Sakit rasanya ketika ada orang asing mengumbar cerita mengenai kedermawanan mereka saat sedang berlibur ke Indonesia dengan membagi uang kepada para pengemis yang jumlahnya sangat banyak. Houwgh.... !

Dari wawancara pengakuan seorang pengemis ibu kota di sebuah televisi pasca penangkapan, ternyata dia lebih memilih pulang kampung dan kembali menjadi pedagang gorengan tinimbang mengemis di jalanan, karena mengemis itu malu ! gitu katanya.
Pernyataan ibu itu membuat hatiku seperti tersiram es, mak nyess....
Mudah2an dia beserta temannya akan benar2 sadar bahwa mengulurkan tangan sungguh lebih mulia daripada hanya menengadahkan tangan.

Friday, September 04, 2009

Curhatku padaMu

Di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan rahmah,
Aku bersimpuh di hadapanmu ya Allah...
Mengakui bahwa aku adalah orang yang lemah...
Memohon ampunanmu karena aku orang yang banyak salah....

Ya Allah ...
Di haribaanMu aku berserah ...
Aku bukanlah siapa-siapa dan tidak ada apanya, hanya orang lumrah...
Sungguh tidak pantas untuk berpolah tingkah apalagi bermegah-megah ..

Ya Allah ...
Ramadhan memang selalu indah ..
Tak lekang sujud syukur selalu kupanjatkan dalam setiap ibadah ...
Mengiringi desah hembusan nafas mengusir perasaan gerah,

ya Allah ...
Aku percaya Engkang sungguh maha pemurah,
Maha pemaaf, dan tentu saja bukan maha pemarah....
Tidak mungkin akan membuat umat bertambah susah, karena semuanya pasti ada hikmah ...

Ya Allah karenaMu kini semuanya terdedah ...
Akhirnya perasaan ikhlas serta pasrah membuat segalanya terasa mudah,
Meski sentilan dan cubitan ringan sedikit memanah,
Tapi sakitnya justru menambah kekuatan agar tidak selalu resah,
Mengusir gundah yang membelah-belah, membuat Srikandi menjadi lebih tabah ...