Friday, June 30, 2006

Menjadi dewasa tuh susah....


Fenomena yang terjadi pada masyarakat saat ini adalah saling salah menyalahkan serta tuding menuding antar manusia untuk mencari pembenaran ketika terjadi suatu peristiwa yang dianggap memalukan, tidak layak atau menggegerkan dunia pewayangan negara Indonesia dibandingkan mencari solusi tepat untuk segera keluar dari suatu permasalahan.

Penderitaan karena sebuah tragedi tak jarang menjadi tontonan mengasikkan bahkan mereka juga tak segan memperkeruh suasana dengan meniupkan gosip yang membuat suasana tambah panik.Seakan mereka orang-orang tak bertanggung jawab ini merasakan kepuasan tak terkira ketika kesemrawutan semakin mengharu birukan korban penderita.

Kedewasaan memang tidak otomatis diperoleh dengan hanya mengandalkan hitungan jumlah umur. Tidak sedikit contoh yang menunjukkan realitas, betapa banyaknya orang tua berpikir dan bertingkah laku kekanak-kanakan kendati tidak jarang kita menemukan anak-anak remaja dengan cara berfikir seperti orang dewasa.

Banyak cara dapat dilakukan menuju pola pikir serta perilaku dewasa, bahkan proses pendewasaanpun bisa diperoleh dari petaka akibat terjadinya sebuah bencana. Tapi terkadang manusia tidak sabar dalam menerima kejadian tidak menyenangkan, hingga sumpah serapah lebih sering terdengar daripada menyikapi suatu peristiwa buruk secara bijak dengan tanpa menimpakan kesalahan pada
pihak lain.

Manusia tidak dapat membalikkan waktu, hingga bencana sebagai hasil kesalahan manusia hanya bisa diterima dengan pasrah dan ikhlas untuk mengasah daya nalar dalam berintrospeksi serta bertanya pada hati nurani. Hingga penyesalan dapat didimanifestasikan menjadi suatu pembelajaran kepada manusia sebagai proses menuju pendewasaan.

Ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Jika setiap kejadian disikapi secara positip meski pahit sekalipun, pada saat itulah manusia menjadi bertambah dewasa. Dan hasil olah pikir orang dewasa akan menjernihkan ruwetnya permasalahan, hingga serumit apapun keadaan suasana akan tetap adem.
Wallahualam.

Tuesday, June 27, 2006

Ulah manusia atau...

Gegernya gempa berkekuatan 5,9 skala richter yang sempat memporak porandakan kota
Yogyakarta dan sekitarnya masih menyisakan kepedihan pahit getirnya pasca bencana. Didaerah Bantul dimana hampir 90 persen rumah rata dengan tanah belom juga menampakan kegiatan pembangunan untuk mendirikan kembali reruntuhan puing yang berserakan. Dan rumah-rumah tendapun menjadi tumpuan keluarga untuk berteduh menjalani sisa hidup menunggu bantuan yang telah dijanjikan pemerintah, entah sampai kapan.

Belum juga reda kepanikan pasca gempa, Gunung Merapi kembali bergoyang tidak main-main setelah berkali-kali mengalami pasang surut tingkat kewaspadaan, hingga Klaten kembali mengalami keadaan menyedihkan setelah gempa yang baru saja terjadi.
Kini cobaan sangat berat kembali menggoda rakyat Indonesia. Banjir lumpur menggenangi daerah Sidoarjo hingga melumpuhkan kehidupan roda perekonomian serta mengganggu aktifitas sehari-hari. Sedangkan dilain daerah duka juga melanda warga Sinjai Sulawesi Selatan, banjir besar yang mengakibatkan longsor hingga mengakibatkan tewasnya ratusan orang, saat ini masih terus memerlukan bantuan.

Manusia memang tidak bisa menyangkal bahwa semua kejadian diatas adalah kehendak Sang Penguasa alam semesta raya yang merupakan bukti atas keberadaanNya. Tapi terkadang orang melupakan bahwa campur tangan manusia akan membuat keseimbangan alam menjadi terganggu hingga memicu timbulnya berbagai bencana yang sedang melanda negri ini meski secara tak langsung. Walaupun kebanyakan bencana alam tersebut murni merupakan kejadian biasa yang merupakan bagian dari suatu proses alam seperti halnya gempa, gunung meletus dan hujan yang memang sudah menjadi 'Kersaning Allah'.

Manusia dengan segala kemanjaan atas nikmatnya bumi yang subur suatu saat menjadi khilaf hingga terlupa untuk selalu menjalin persahabatan dengan alam. Eksploitasi terhadap kekayaan alam telah memberikan kemakmuran, hingga membuat manusia terlena ketagihan untuk mewujudkan keserakahan. Akibatnya mereka menyepelekan hasil yang ditimbulkan oleh pengelolaan sumber daya alam diluar batas dan menyebabkan kelalaian karena kesembronoan dalam pengolahannya.

Tak ada bedanya dengan tindakan oknum dokter yang sering kita baca di media, oleh karena ketidak hati-hatiannya sebuah gunting bersemayam diperut selama bertahun-tahun bahkan jarum dan benang sempat ngendon didalam rahim setelah dilakukan operasi caesar. Keadaan ini tidak akan terjadi jika dokter tersebut tidak sembrono dengan menganggap enteng atas tindakan yang seringkali dilakukan.

Jika manusia masih saja selalu menganggap bahwa kejadian-kejadian buruk yang menimpa bumi ini adalah kemurkaan Allah, tentu saja manusia tidak akan belajar untuk memperlakukan kekayaan alam dengan semestinya. Kemarahan Sang Penguasa alam jagad raya menjadi dalih manusia untuk menghindari tanggung jawab atas kerusakan akibat perbuatan mereka sendiri.

Alam dan jagad raya ini adalah milikNya, kelangsungan serta kehancurannya merupakan kehendakNya. Tapi manusia wajib menjaga serta mempergunakan dengan semestinya untuk kemanfaatan seluruh umat tanpa mengangkangi secara berlebihan hingga menimbulkan keserakahan yang mengakibatkan kesembronoan.

Friday, June 23, 2006

nJomblo

antara seru dan manyun...

Njomblo termasuk perbendaharaan kata baru yang menyatakan keadaan seseorang ketika sedang tidak mempunyai pasangan. Istilah anak muda sekarang memang aneh-aneh, terkadang memang nggak nyambung antara istilah dengan maknanya hingga bikin bingung orang tua seperti halnya kata 'jayus' untuk mengekspresikan seseorang yang 'wagu' dan nggak 'mutu'. Kalo sekedar istilah dengan hanya menyingkat dua kata seperti gaptek (gagap teknologi), lemot (lemah otak), PeWe (Paling Wuenak) sih enteng.... mungkin masih bisa dipahami orang tua karena mengandung arti yang tampak secara explisit. Dan jujur saja aku mengenal kata jomblo setelah Band Gigi sering tampil di Tipi menyanyikan lagu yang lumayan ngetop itu.

Pacaran dan jatuh cinta adalah serba-serbi kehidupan remaja yang penuh dengan warna. Dengan berkali-kali jatuh cinta kemudian pacaran dilanjutkan dengan putus cinta dan kemudian jatuh cinta lagi hal ini menjadi suatu proses pendewasaan hingga menjadi aktivitas biasa yang menjadi pesona kehidupan riang remaja.. Jika kelanggengan pernikahan ditandai dengan ulang tahun pernikahan, maka anak-anak remaja ini memperingatinya sebagai hari dua bulanan, tiga bulanan, empat bulanan sesuai dengan hari 'jadian' mereka. Ini semua mereka rayakan secara serius meski minggu berikutnya berantem dan esoknya bubaran....yaahh...nJomblo deh....

Ketika sedang menjomblo, sebagian orang akan merasa bebas karena hilangnya ikatan dan mendapatkan kemerdekaan. Tapi sebagian lain merasa patah arang serta kehilangan keseimbangan setelah kehilangan sesuatu yang pernah mengisi hatinya.

Bukan nJomblo aja yang bikin masalah, orang tua dari seorang remaja yang sedang punya pacar ternyata ikut stres ketika anaknya sedang jatuh cinta.
"EEiit..eitt...nyetirnya pelan-pelan aja cah bagus..mama takut nih...nyetir kok ngawur begini...kayak sopir angkot ajah...." omelku pada anak sulungku...
"Hah..??"....nggak dengar dia..
"Makanya suara lagunya dipelanin...lagu gombrang gambreng gini nggak karuan diputar ..." jawabku kesal sambil mengecilkan suara CD.
" Abis BeTe...sebel..kesel...punya cewek ngambek melulu!" gitu keluhnya...
OOoo...pantesan....dasar anak SMA....

Tapi itu dulu, ternyata setelah menginjak bangku kuliah dia lebih bijaksana,
"Jadi sekarang kamu masih kosong ya le..(tole/anak laki2)..." tanyaku penuh perhatian.
"Iya mah..sementara nJomblo dulu lah...kayaknya lebih enak begini bisa konsentrasi , apalagi ini kuliah tahun pertama, lagi repot-repotnya" gitu katanya kalem..
" Nanti deh..kalo udah punya adik kelas, baru hunting cewek.....gitu kata eyang..."
Aku cuma senyum-senyum mendengar penuturannya....bagus...bagus...mama jadi agak tenang disini.

Jaman sekarang anak SMP tidak kalah serunya dalam hal olah jatuh cinta. Jangan heran jika anak-anak ini mudah sekali uring-uringan. Emosinya meluap-luap menyaingi ibunya yang sedang mengalami PMS.
"Mah..sabun Dovenya abis..." celetuk si adek tanpa ekspresi..
"Masak sih dah abis...kamu boros ya 'mlothot'nya...makenya dikit-dikit aja..." omelku..
"Mama gimana si..kalao dikit-dikit jadi jerawatan..." sahutnya gak mau kalah.
"Nih..nih...jerawatnya muncul kan..mama si ....terlalu irit " kata dia lagi...
Dan perdebatan pun masih terus berlangsung sampai aku tersadar....
Wah...PMS nih....dan si adekpun ternyata punya 'gebetan'.....

Tapi keadaan ini akan berubah total ketika si adek putus dan menJomblo lagi....
"Sini Dek...duduk disebelah mama, kita ngobrol-ngobrol.." kataku sambil manarik tangannya...
" Ya mama..." sahut si Adek maniiiss...sekali, dan dia akan melendot manja.

MenJomblo gaya Kangmas Jogelem suamiku lain dengan gayanya remaja. Kehidupan serasa tak berjalan baginya jika tidak ada inspirasi untuk membuat suatu tulisan. Kemampatan ide membuatnya lesu dan kehilangan motivasi.
"Ada apa kang..kok melamun sedih..." tanyaku prihatin..
"Anu nduk...lagi kosong....." jawabnya lungkrah...

Ternyata menJomblo bukan hanya istilah mengenai keadaan seseorang ketika sedang tidak berpasangan, tapi dapat juga dianalogikan dengan hilangnya sesuatu yang sudah melekat dan menjadi bagian hidup dari seseorang.

Tak ubahnya dengan bu Genduk yang selalu masuk angin jika kekurangan aktifitas....yaahh...nJomblo deh.....

Monday, June 19, 2006

Antara Cheerleader dan Provokator

mirip deh!!

Hip..hip..hura...
hip..hip..hura....

Cewek-cewek cantik nan langsing dibalut rok mini dengan memperlihatkan paha dan betis nan indah berlompatan menari membentuk suatu formasi dilapangan membuat para penonton berdecak kagum terutama kaum Adam. Pemandangan itu memang membuat iri ibu-ibu.
Dalam setiap pertandingan olah raga pemandu sorak, pomp-pomp girl atau cheerleader ini menjadi bagian penting untuk menyemarakkan suasana, menyejukkan mata hingga penonton tidak merasa gerah. Cheerleader memang banyak menyedot perhatian, kelincahan, keceriaan serta ke kenesan mereka selalu memberikan kesan gemerlap yang menciptakan warna atraksi tersendiri disetiap ajang adu tanding ketangkasan berolah raga yang terkesan kaku. .

Cheerleader bisa diibaratkan sebagai seorang provokator dalam suatu unjuk rasa. Demonstrasi yang dilaksanakan dengan tertib dan damai bisa berubah drastis ketika muncul sang provokator yang berteriak penuh emosi,
" Wee..ada seorang demonstran dipukuli petugas.."
Tentu saja secara reflek sekumpulan orang-orang tersebut seperti disulut api, dan kontan saja para pendemo tertib berubah total menjadi seorang anarkhis membabi buta.

Kalau dilihat dari fungsi tugasnya Cheerleader dan provokator mempunyai kesamaan yaitu untuk mencairkan kebekuan suasana meski dalam konotasi yang berbeda hingga akan tampak pula pada hasil kerja mereka. Cheerleader menimbulkan kesan positif dengan memberikan semangat inspirasi pada sebuah team dalam meraih suatu kemenangan ketimbang suasana chaos serta amburadul sebagai hasil tingkah polah para provokator hingga memporak porandakan kedamaian yang sudah tertata.

Dalam satu team, pada akhirnya seorang leader akan terpilih karena adanya suatu seleksi, dan secara alamiah muncul pula para penyegar suasana yang selalu menceriakan kehidupan rutin membosankan hingga team akan terus bergulir menggelinding melaksanakan aktivitasnya. Tapi ketika muncul provokator, kelompok menjadi bergejolak bersamaan dengan timbulnya isu dan intrik yang selalu menggelitik hingga ketenangan kelompok menjadi sedikit terusik. Mekipun agak panas tapi justru kelompok ini menjadi bangun dari tidurnya seakan mendapatkan inspirasi lewat mimpi panjangnya.

Meski imej negatif sering dilontarkan terhadap provokator karena selalu menjadi biang keributan, tapi cheerleaderpun bukan berarti bersih dari tuduhan miring. Bahkan dulu aku lebih memilih menggendong snar drum mengelilingi kota dalam grup drumbandku dari pada menjadi seorang pom-pom girl karena menurutku saat itu pom-pom girl bisanya cuma adu genit binti centil.....

Tapi sebenarnya kalau direnungkan, selain kebutuhan adanya seorang leader dalam satu team, fungsi seorang cheerleader dan provokatorpun tidak bisa diabaikan. Jika mereka melaksanakan fungsinya dengan benar dan ditanggapi secara positif oleh anggota team, niscaya sebuah team akan mempunyai fondasi kokoh jauh dari kejenuhan yang sering mengancam kehancuran sebuah eksistensi.

Hingga jangan heran jika dalam satu kelompok peran cheerleader tidak pernah kosong dan akan terus terdengar jerit riangnya ..." hip..hip...hura...hip..hip..hura...!!
Sedangkan di posisi provokator teriakan...."Serbuuu...."...juga akan tiada habisnya.
Dan dijamin kelompok itu akan bergoyang asik, hidup.... penuh warna-warni.

Monday, June 12, 2006

Jangan Takut Menarik Garis

rak ya begitu to...

Jangan takut menarik garis, kalimat ini sangat melekat dipikiran orang-orang dewasa yang dulu amat menggemari acara menggambar tayangan TVRI Yogya. Disetiap sore hari satu kali dalam seminggu, Pak Tino Sidin dengan topi khas gaya pelukis akan selalu dirindukan kemunculannya oleh anak-anak usia sekolah dasar ditahun 70an.
" Buat garis lurus...yak!!...jangan taku-takut tarik saja.....buat garis lengkung..." begitu selalu kata beliau didepan TV.... hingga dari beberapa garis lurus, lengkung serta bulatan sebuah gambar terbentuk indah. Karena seringnya melihat tontonan ini anak-anak mulai yakin bahwa membuat garis akan tetap lurus meski tanpa penggaris, asal jangan takut-takut.

Kalimat pak Tino ini kembali terkenang ketika saya menyaksikan demonstrasi IKEBANA pada pameran ke 42nya di Park Royal kemarin petang. Para pakar dari universitas Ohara dengan lincah menata bunga dengan rancangan yang diluar jangkauan bayanganku. Menata ranting-ranting pohon cherry besar didalam jambangan kecil hingga ranting menjorok kedepan tentu tidak akan dipilih oleh orang awam atas dasar pertimbangan ketidak keseimbangan. Akan tetapi pakar bunga ini sukses menyiasati eksperimennya dengan meletakkan bunga-bunga Begonia yang kokoh agak kebelakang ditambah bunga-bunga lain yang serasi hingga akhirnya tercipta suatu tatanan bunga indah gaya Jepang. Menata bunga juga tidak harus dengan meletakkan bunga berwarna-warni, terbukti ada salah satu pakar berani mencoba warna hijau saja dan ternyata hasilnya sangat mengagumkan.

Ungkapan ekspresi yang diimplementasikan secara berani akan memunculkan suatu kreativitas dan selanjutnya akan berkembang menjadi sebuah kreasi karya baru.Tidak hanya dalam bidang seni sebuah kreativitas muncul karena adanya keberanian dalam menarik garis. Dalam bidang sciencepun para scientist dengan penuh keberanian dan kesabaran selalu bereksperimen tanpa mengenal lelah hingga akhirnya muncullah penemuan baru yang membuka wawasan manusia menuju modernisasi.

Seperti Thomas Alfa Edison dimana sewaktu masih kecil dianggap sebagai murid paling bodoh dikelas, setelah melalui 9000 kali percobaan berhasil menciptakan lampu pijar seperti yang bisa kita nikmati sekarang. Begitu juga dengan Archimides yang tak jemu-jemunya 'nyemplung' di bak mandi dan akhirnya...Eureka!! I have found it....begitu teriaknya ketika keluar dari bak mandinya tanpa mempedulikan bahwa tak selembar benangpun menempel ditubuhnya.Yah...sebuah teori telah ditemukan, suatu benda jika dimasukkan kedalam air akan mendapat tekanan seberat benda itu.

Dalam bidang tulis menulis ketakutan dalam menarik garis justru akan menimbulkan tekanan dan memampatkan ide yang sudah berada diujung pena. Kita bisa melihat WS Rendra yang begitu bebas mengeluarkan ide-idenya dalam bentuk puisi juga seorang Pramoedya Ananta dimana hingga akhir hayatnya masih produktif menghasilkan karya tulis. Meski karena keberanian dalam mengungkapkan ekspresi perasaannya, mereka sempat mengenyam pengalaman kehidupan pahit getir di bui.

Keberanian dan totalitas dalam melakukan sesuatu terkadang menimbulkan cibiran sinis bagi sebagian orang, hingga tuduhan sebagai seorang yang kontraversial dan cap sebagai orang 'nyleneh' atau anehpun otomatis tersandang.
Tapi dengan berjalannya waktu, pada suatu saat si kontraversial akan menunjukkan bukti.....inilah hasilnya.....dan mereka yang sinispun terpaksa mengangguk setuju.

Dan Bu Genduk pun tak mau kalah...jangan takut mencampur ini dan itu dalam masakan, coba dan coba itu prinsipnya. Pokoknya berani aja...syapa tau nemu resep baru dan bisa se top markotob macam Rudy Choiruddin.