Monday, May 29, 2006

Sudah 'Kersaning Allah'

gempa lagi....

Bangsa Indonesia memang masih harus terus prihatin dan melatih kesabaran.
Setelah keterpurukan ekonomi tahun 1997 yang masih terus bergulir tidak ada habisnya hingga saat ini, segala peristiwa masih saja dipolitisir oleh golongan haus kekuasaan. Dari kejadian bencana alam dengan ribuan korban jiwa serta penderitaan tak terkira, para penggede masih saja berkutat dengan mencari pengaruh politik ditempat kejadian.

Terkadang terpikir, ada apa dengan Indonesia?
Pasca kejatuhan presiden terlama kita, Indonesia seperti dihajar dengan penderitaan-penderitaan tak ada hentinya. Selain masalah perekonomian yang tidak kunjung usai dan menimbulkan kemelaratan merata, 'udreg-udreg'an para politisi dimana mereka mudah sekali obral janji, bencana alam juga selalu mengancam setiap saat. Hingga hampir setiap hari selalu ada saja berita mengenaskan mengenai penderitaan saudara kita karena kebanjiran, terkena longsoran, maupun disebabkan oleh gejala alam lainnya.
Saat ini ketika duka Tsunami yang meluluh lantakkan berbagai segi roda kehidupan Aceh belum juga pulih, kembali bencana nasional melanda bangsa Indonesia. Gempa berkekuatan 5.9 skala richter mengguncang kedamaian kota Yogyakarta.

"Kenapa kok jadi begini.....dulu Indonesia tuh aman-aman aja ya kang....kok sekarang sedikit-sedikit gunung 'njeblug', sedikit-sedikit ada gempa, hujan sedikit aja banjir...piye to iki.." keluhku nelangsa pada Kangmas Jogelem suamiku.
" Sebenarnya dari dulu bencana alam seperti ini selalu ada nduk..cuma informasi tidak secanggih sekarang jadi kayaknya ya aman-aman aja...." Kangmas Jogelem mulai presentasi.....
" Lha Indonesia tuh terletak di 'Ring of Fire' jee...jadi sebenarnya tiap hari ya ada gempa tapi kecil sehingga tidak terasa...Naah kalo gempa dilaut seperti yang menyebabkan Tsunami kekuatannya besar hingga 9 skala richteran...periodenya bisa 100 tahunan..." gitu katanya panjang lebar...
"Lha yang di Yogya ini...sebelum disapu oleh gempa rumah berusia 300 tahunpun ada, berarti selama ini memang nggak ada kejadian seperti ini kan....karena bencana seperti itu memang ada periodenya nduk...cuma masih sulit diperkirakan" imbuhnya..

Memang sukar memprediksi gejala alam bahkan ahli kebumianpun masih belum sampai ilmunya untuk meramal apa yang sedang berkecamuk didalam perut bumi sana. Sama halnya dengan sulitnya dokter dalam mengintip jerohan para pasien.
Lain halnya jika masih ada Antarejo tokoh pewayangan spesialis menembus perut bumi atau Antaseno ahli menyelam hingga kedalaman laut tak terbatas....saya rasa korban tidak akan sebanyak ini....karena mereka pasti akan memberikan tanda AWAS BAKALAN ADA GEMPA....

Kalau dulu jamannya simbah semua bencana dikaitkan dengan mistis, sehingga setiap perbuatan harus dilakukan secara benar tidak boleh menyimpang jika tidak ingin Betara Kala atau Yang Mbau Rekso marah. Tapi kini banyak masyarakat sudah paham bahwa bencana alam merupakan gejala alam yang tidak bisa kita tolak, hingga penyebaran informasi mengenai pengenalan watak jenis bencana, gejala-gejalanya serta cara menghindari dan menyelamatkan diri dirasa lebih penting dilakukan, karena hanya itu yang bisa dilakukan oleh manusia.
"Lha memang sudah 'Kersaning Allah' mau gimana lagi".......kata orang Jawa.
Dengan demikian tertepis sudah adanya isu terjadinya perebutan pengaruh kekuasaan antara Nyi Blorong penguasa Gunung Merapi dengan Nyai Loro Kidul sang Ratu Pantai Selatan ...

Meski menderita dan sakit, tapi semua kejadian harus diterima dengan keikhlasan. Seperti halnya Mbah Marijan juru kunci Gunung Merapi dalam menghadapi ngambeknya gunung itu, sangat pasrah hingga tak merasa takut tetap tinggal didaerah berbahaya tersebut.
Dan ketika orang-orang was-was menunggu ledakan di sebelah utara, tiba-tiba...
DDuueRR...GGlLegeRR...disebelah selatan....
Memang sudah 'Kersaning Allah'.....

No comments: