Tuesday, May 16, 2006

Belajar

(album: ayo sinau....)

Jika mendengar kata-kata belajar, tentu kita akan segera membayangkan sebuah kegiatan yang membosankan. Duduk manis dibelakang meja belajar sambil menghafal berbagai teori atau mengerjakan soal-soal sulit sembari menghafal deretan rumus-rumus yang menyebabkan rambut kepala rontok helai demi helai.
Pada umumnya kita hanya mengenal bahwa belajar merupakan kegiatan anak-anak maupun orang dewasa yang sedang menuntut ilmu disekolah-sekolah formal. Padahal tidak bisa dipungkiri bahwa proses belajar akan selalu berlangsung pada setiap aktivitas yang dilakukan manusia meski hanya sebuah kegiatan sehari-hari dan bersifat non formal.

Dalam dunia pendidikan dikenal istilah life long education, manusia belajar sepanjang hayatnya. Belajar dapat digali dari berbagai sumber, tidak hanya dari ilmu yang berasal dari sekolah. Sehingga apapun kegiatan yang kita lakukan pasti ada unsur belajar disana.
Memang ada batasan umur untuk melakukan berbagai hal tapi tidak ada kata tua maupun terlambat untuk belajar.

Dari bayi baru lahir hingga orang tua, belajar akan terus menerus dilakukan meski tidak disadari sepenuhnya. Ketidak sadaran akan belajar yang terus menerus ini disebabkan karena tidak adanya sebuah pengakuan formal seperti halnya dalam sekolah formal yang memberikan sebuah sertifikat kelulusan sebagai bukti bahwa seseorang telah mencapai penguasaan dalam bidang tertentu. Dari tidak bisa melakukan sesuatu menjadi bisa melakukan sesuatu hal adalah keberhasilan sebuah proses belajar.

Bayi mengalami proses belajar panjang ketika dia mulai menggerakkan jari jemari kecilnya atas perintah si otak Sambil tersenyum-senyum bayi memperhatikan gerakan-gerakan tangannya dengan ekspresi keheranan.....ee.e...jariku bisa bergerak mamaa....
Begitu juga ketika dia mulai bisa jongkok kemudian berdiri dan melangkahkan kaki..... proses itu akan terus berlangsung hingga ketahap perkembangan selanjutnya.

Meski tinggal dirumah mengurus keperluan suami, anak, dan tetek bengek rumah tangga, bukan berarti ibu-ibu rumah tangga hanya berkutat dengan persoalan yang monoton hingga mematikan kreativitas dan menghambat kegiatan proses belajar. Dari seorang pembantu sebuah proses pembelajaranpun bisa terjadi.
" Kalo bikin peyek itu harus telaten buu....soalnya bikin peyek itu lamaa...kaki bisa kram lho..." gitu kata si Budi pembantuku ceria...
Dan ketika aku mau mencoba langsung praktek menggoreng.....
"EEeehh...jangan langsung dicemplung begitu buu..walahh....kalo mau nggoreng peyek, minyaknya harus benar-benar sudah panas..nanti nggak bisa kemripik piyee..." ujar si Budi lagi.
OOoooo.........

Menuju kebaikan, kebisaan dan keberhasilan adalah hasil belajar positip yang diperoleh, dimana suasana hati sangat berpengaruh ketika rangsangan untuk belajar itu muncul.
Disaat keinginan belajar datang itulah keberanian untuk memulai diperlukan. Dalam waktu bersamaan, perasaan takut melakukan kesalahan harus dibuang jauh-jauh. Karena jika 'mood' belajar muncul bersamaan dengan perasaan takut berbuat salah, disaat itulah awal dari timbulnyai kemacetan suatu proses belajar.

Belajar memang harus selalu kita lakukan dengan menggali sumber dari berbagai generasi. Sehingga untuk mengetahui sejarah dan menguak tabir masa lampau kita perlu mencari tahu melalui cerita orang-orang tua. Sedangkan untuk meramal kehidupan masa mendatang anak-anak bisa menjadi tumpuan harapan untuk memenuhi rasa ingin tahu.

Dan menurut kangmas Jogelem suamiku,
...."lebih enak jadi murid yang terus belajar nduk.., daripada menjadi seorang guru yang selalu menilai".....

No comments: