Monday, February 12, 2007

Saling berbagi....


Akhirnya pagi ini aku bisa kembali aktif di Malaysian Association for the Blind (MAB) setelah hampir 2 bulan vakum dari kegiatan ini. Bangunan lembaga untuk orang buta Malaysia ini terletak di pusat kota Kuala Lumpur di Jalan Tun Sambathan, nggak jauh dari stesen KL Sentral dan tepat berseberangan dengan stesen monorail. Gedung besar tersebut menaungi orang buta yang bersekolah untuk memperoleh ketrampilan tertentu sekaligus menyediakan asrama bagi yang memerlukannya. Dan denger2 tanpa dipungut biaya!! Untuk yang tinggal diasramapun tampaknya cukup terjamin kehidupannya, gimana nggak makmur jika makan 3x sehari plus dua kali snek pagi dan sore...

Lalu lintas jalan disekitar MAB seperti didaerah KL sentral, Jl.Tun Sambathan beserta lingkungan sekitar sangat ramah terhadap orang2 buta yang banyak sekali lalu lalang tanpa pendamping. Hal itu dikarenakan pemerintah memfasilitasi dengan membangun jalan setapak disertai tanda-tanda yang dikenal oleh para orang buta. Sehingga dengan tongkat sebagai modal utama, mereka dapat mengenali trotoar berprofil bulat2 kecil sebagai tanda berhenti/waspada karena terdapat traffic light dihadapan, atau tanda persegi panjang berukuran kecil untuk jalan terus tanpa rintangan. Karena terbiasa mandiri, maka sering terlihat mereka bepergian ke tempat-tempat umum dengan menggunakan tranportasi umum tanpa ditemani seseorang sebagai penunjuk jalan, sebab tampaknya mereka yakin bahwa setiap orang akan membantunya. Biasanya tangan kiri mereka akan berpegang pada lengan kanan penuntun, karena tangan kanan mereka takkan pernah lepas dari tongkatnya......yah.. kata mereka tongkat itu sebagai pengganti matanya.

Dulu pertamakali mengunjungi perpustakaan MAB aku sempat terheran-heran. Selama ini aku hanya mengenal orang buta sebagai tukang pijit, tapi disini selain piawai mengetik dengan menggunakan mesin ketik huruf braille ternyata mereka juga cakap mengetik didepan komputer seperti layaknya mereka yang bermata normal. Yah..bukan hanya siswanya, para staffpun tidak semuanya memiliki penglihatan normal. Dengan demikian tugas seorang volunteer sangat membantu mereka untuk menterjemahkan rangkaian kalimat tulisan dari sebuah buku ke bentuk tulisan braille maupun dalam bentuk audio. Tapi tentu saja pada saat pertama kali melakukan para volunteer akan ditraining oleh staff yang nota bene adalah pembaca huruf braille serta pendengar cerita. Terharu deh .....

Meski belum pernah melihat keyboard komputer sebelumnya, kenyataannya tangan para staff sangat lincah mengetikkan setiap perkataan pada saat seorang volunteer membacakan sebuah cerita novel. Kemudian dengan keahlian tersendiri dia akan mentranslate hasil ketikan diMs Word tersebut kebentuk huruf Braille lalu di cetak. Hasil print out ini pada akhirnya dikumpulkan di perpustakaan MIB sebagai bahan bacaan untuk mereka. Sedangkan buku bacaan anak2 ditulis dalam bentuk braille disertai huruf biasa dengan font yang sangat besar agar bisa di baca oleh anak2 yang hilang penglihatannya sama sekali juga untuk mereka yang low vision saja.

Untuk mereka yang belum dapat membaca huruf braille masih ada rekaman audio dalam bentuk CD yang bisa dipinjam diperpustakaan, dimana CD ini juga berisikan cerita2 novel.
Disini tugas seorang volunteer adalah membaca cerita dengan intonasi yang tepat serta merekamnya dalam sebuah program bernama Jaws. Oleh karena rekaman ini dilakukan diruang studio, wah..aku jadi ngerasa menjadi seorang penyiar yang sedang mengudara...tret..tet..tet...saudara pendengar...

Jadi inget ketika anak2ku masih kecil....Tiap menjelang mau tidur anakku selalu menagih cerita, weleh..nagihnya kayak nagih utang. Cerita "si Piko anak ayam yang melit" menjadi favoritnya, hingga tak ayal tiap malam suaraku menggema bercerita soal si Piko....
" Ayo mah... ayo mah..cerita si Piko.." begitu setiap saat anakku yang kala itu berusia 2 tahun menyodorkan buku tersebut minta diceritain...

Aku nggak kehilangan akal, daripada tiap malam bercerita mengenai hal yang sama akhirnya suaraku kurekam pada sebuah tape recorder.....hhmm.....mantap!!
Tapi manjur lho...tiap mulai ngerasa ngantuk anakku akan menyetel kaset yang berisi suara mamanya, diulang dan ulang sambil matanya ketip-ketip membayangkan isi cerita sampai akhirnya tertidur lelap. ....

Kini anak2ku sudah beranjak dewasa, sekarang gantian aku bercerita pada orang lain....yaahh..mudah-mudahan saja nggak kelepasan bercerita lagi mengenai si Piko...

10 comments:

Anonymous said...

wooo...hebat ibu ini. aktif di yayasan sosial kayak gitu to?

Anonymous said...

wahh coba di indon ini ada ya fasilitas kayak gt untuk orang2 yang buta...khan jadinya mereka juga akan lebih bisa berkembang dan bisa menikmati kehidupan ini dengan lbh menyenangkan...

andaikan...

Anonymous said...

wah..seneng ya ada kesempatan dan fasilitas buat mereka.

mbak laras ki wes pirang taon ning KL, kog wes koyo preman KL :D reti seluk beluk jalan

Bude Judes said...

Disini juga ada Yayasan Pemberdayaan Tunanetra. Para tunanetra disana diajari macem2 termasuk menulis untuk majalah khusus tunanetra. Kalo untuk fasilitas di tempat umum, ya jelasss ndak ada toooo. Indonesah gitu looohh

Anonymous said...

salam, jadi inget waktu kecil didongengin mbah rame-rame. cucu laki di sebelah kanan, cucu perempuan di sebelah kiri. weh, skarang mana ada ya...?

Larasati said...

venus : kayaknya begitu..:D

mei: aku juga mbayangin gitu mei...

kenny: wes biasa dadi preman pasar ken..jadi 4 tahun cukuplah untuk jadi preman KL :D

Dena : kalo ada fasilitaspun nek kebanjiran air atau lumpur yo bubar kabeh yo yu..

aroengbinang : sama dong...eyangku dulu juga pinter cerita...
nanti ah..kalo aku jadi eyang juga pengen nyritain cucu kayak mbah2 dan eyang2 jadul..ternyata membawa kesan yg dalem..

Anonymous said...

di tempatku juga ada rumah khusus untuk tuna netra Mbak, mereka terkenal pinter mijit, dan suka juga suka jualan sulak hasil prakaya mereka dari rumah ke rumah. Salut sama mereka2 itu.

Aku juga mau lho di ceritani Mbak, pokoke cerita yang lucu2 ya, yang bisa bikin perut kaku ^_^ !

Mbak, kalau komentarnya sulit masuk, coba pakai other atau anonymous.

Anonymous said...

di kampung halaman ada to budhe itu fasilits yang buat jalan tuna netra. di sepanjang malioboro, tegel warna kuning bulet² dan kotak², tapi yaitu di beberapa tempat pecah kelindes five foot alias kaki lima. wong yang matanya normal aja kesulitan ewat malioboro apalagi yang tuna netra. kasian. Tapi ada seorang tunanetra yang mengagumkan di daerah tempat saya bekerja. dia itu kalo jalan ndak pake tongkat, jalannya cepet kayak orang normal, dia cukup mendengarkan pantulan² suara didinding. wuuiiih mata yang tersembunyi

elly.s said...

kalo soal fasilitas umum utk rakyat malaysia memang jagonya...
Wc untuk orang cacat ada. Parkiran untuk org cacat ada.Sampe lampu merah yg boleh kita pencet sendiri bila ngeliat orang cacat lg nyebrang juga ada...
Indonesah kapan ya...???
Btw mbak gimana critanya bisa aktif disana kok nggak ngajak2 toh?

just Endang said...

wah...ibu ini bener2 hebat deh....bisa jadi ibu negara neh...