Saturday, August 26, 2006

Cerita seputar Jogja

membuat tetep pengen pulang...

Di era sekarang semua pihak dapat mengklaim sesuatu, kalau Malaysia mengklaim negaranya sebagai Truly Asia, nah Jogja gak mau kalah promo Jogja sebagai Never ending Asia sekarang mulai banyak terlihat diberbagai tour and travel, di bandara dan di hotel-hotel.

Jogja memang masih 'nyentrik' seperti dulu, bedanya cuma pada semakin menjamurnya mal, tumbuhnya KFC, Pizza Hut, dan Mc Donald.Sekarang keruwetan jalan bukan lagi disebabkan oleh mbludaknya sepeda 'onthel' , tapi kuda Jepang lebih mendominasi lalu lintas sehubungan dengan kredit pembelian motor yang sudah semakin mudah, disamping terjangkaunya harga motor dan miringnya biaya operasional. Kini becak dan andong lebih banyak berfungsi sebagai transportasi wisata saja hingga banyak tukang becak mengeluh soal tipisnya pendapatan bahkan tak jarang mereka pulang kerumah dengan tangan hampa meski harga setiap 'genjotan' sudah diobral-bral..

Jogja juga masih menampakkan predikatnya sebagai kota pelajar dan mahasiswa.Setiap pagi lalu lintas dipenuhi dengan pengendara motor berseragam putih abu-abu serta anak-anak muda berstatus mahasiswa yang mengalahkan jumlah para pengendara mobil hingga membuat pengendara mobil mengelus dada karena merasa sumpek untuk bergerak takut mobil tergores.Disamping itu hampir disetiap ruas jalan akan kita jumpai warnet yang berderet, kios foto kopi berjejer, tempat cukur, permak Levis, serta warung makan yang kesemua harganya terjangkau oleh kantong pelajar dan mahasiswa.

Soal makanan, Jogja nggak ada matinya. Gudeg masih merajai pasar meski kemanisannya membuat 'eneg' penyuka makanan gurih dan dipantang oleh penderita diabetes melitus.Tak heran penjual gudeg akan selalu tampak tenggelam oleh kerumunan pembeli yang mempersiapkan sarapan di pagi hari. Penggemar gudeg juga masih bisa menikmati lezatnya makanan tersebut hingga pukul 1 malam.Yess!! Gudeg Permata baru buka pada pukul 10 malam hingga pukul 1 dini hari, selalu fresh, hangat dan'kebul-kebul' (asapnya wuussh..meliuk-liuk)..nyam.
.nyam..glek...rasanya top markotop!
Mengapa baru buka pukul 10 malam ? Yah karena menunggu toko-toko sekitarnya tutup.....

Jajan dimalam hari inilah yang membuat program diet jadi kacau, dan angka ditimbangan pelan tapi pasti merayap tak terkendali. Bakmi jawa emang bikin kesel ! apalagi bakmi 'Lek Rin' langgananku di Jalan Pakuningratan ini, makan sekali jadi ketagihan apalagi bakmi godognya...srutuupp..ssshh..huah..huah...bakmi godog dicampur irisan cabe rawit emang sipp tenan!! sebagai penutup wedang ronde dengan rasa jahe panas mengguyur kerongkongan....jusshh....sshh.....

Bagi yang ogah sarapan gudeg, rasa gurih soto bisa menjadi pilihan. Jika gemar dengan soto ayam, Soto Alas (dulu ditengah-tengah sawah), soto Kadipiro, paling pas menjadi tujuan. Sedangkan untuk soto daging kita bisa mampir ke soto pak Sholeh, soto habis (karena cepet banget habis). Semua warung soto bergaya sederhana, gak ada warung soto lux di Jogja dan harganya miring banget bo'...sampai mau jatuh...berkisar 2500-3500 rupiah per mangkok, tapi lezatnya selalu membuat lidah kita kangen untuk 'menyrutup' si kuah soto...srruuppt.....

Bakso, gado2, lotek...wah..yang ini menu siang hari. Hampir semua warung bakso sederhana dipinggir jalan terasa enak.Tapi cuma Bakso Bethesda yang mangkal dipinggiran luar RS Bethesda merupakan warung bakso termahal di Jogja, 10 ribu per mangkok. Sedangkan gado2/lotek di daerah Colombolah yang sekarang ini paling laris, mengalahkan gado2 'teteg' (palang kereta api) didaerah Baciro karena selain murah juga endang. Bayangin aja dengan 4 tukang uleg yang serentak bekerja, kesibukan menerima order membuat mereka para penguleg tak pernah berhenti menumbuk bumbu, mencampur sayuran, dan mengaduknya hingga menjadi suatu sajian lezat dengan taburan bakwan iris yang menjadi ciri khas gado2/lotek Colombo ini. Glek...!!

Nah...kalau klinong-klinong ke Jogja jangan lupa ketempat-tempat jajanan tersebut.Tempat-tempat tadi sudah ada sejak diriku masih kiut dan imut (kecuali colombo) tapi kwalitas rasanya tetap mantap. Dan meski warung-warung ini terlihat sederhana tapi bersih, terbukti perut gak berontak... paling mules karena gerusan cabai yang tak terhitung.

Untuk seri kedua, aku mau cerita mengenai tempat wisata...

2 comments:

diracov said...

Jadi kangen Jogja, Budhe. Apalagi lotek ama wedang rondhe. Favoritku!! Nyamm...Slurrp!

Anonymous said...

gudeg permata ituh eyangku yg punya..he3,skrg berhubung eyang putriku dah meninggal,jd yg nglanjutin momy+tanteku..he3