Monday, November 19, 2007

Tuing..tuing...


Pagi ini seperti hari-hari Senin sebelumnya, pemandangan menyentuh kembali mengusik nurani.
Pukul 8.15 pagi kesibukan mulai merebak di halaman sebuah lembaga orang buta Malaysia. Di tempat inilah orang-orang buta menimba ilmu mulai dari belajar membaca dengan huruf braille hingga mengasah ketrampilan agar dapat mandiri memenuhi kebutuhan sendiri berikut anak istri.

Setiap berada disana, dakyu tak pernah berhenti bersyukur karena dikarunia 2 mata untuk melihat yang setiap saat juga siap untuk diajak plarak-plirik ...*tuing..tuing... *

Dengan tongkatnya mereka para pelajar, guru, maupun karyawan terlihat sangat percaya diri mengarungi hidupnya yang senantiasa gelap tak ada berkas-berkas cahaya. Anak-anak sekolah duduk bergerombol di anak tangga selayaknya anak2 sekolah berpenglihatan normal, mereka ketawa ketiwi serta ngobrol sana sini bahkan ada juga yang bernyanyi-nyanyi kecil seolah tak ada kendala. Sementara diantara mereka ada juga yang tampak sedang asyik berhalo-halo alias berbincang melalui HaPe. Lift untuk turun naik gedungpun juga sibuk. Lain pemandangan menunjukkan murid usia TK yang sedang dilatih oleh cikgu untuk naik turun tangga agar dapat berjalan melewati anak-anak tangga tanpa bantuan seseorang.
" ya...turun lagi, pegang pinggiran tangga...!!." begitu tutur cikgu tegas tapi sabar.
Dakyu begitu terharu menyaksikan ke antusiasan anak tersebut, meski semua tampak gelap tapi dia tetap bersemangat.

Karena hanya tongkat yang menjadi andalan, tentu saja tubrukan diantara mereka sering terjadi. Tapi mungkin karena sudah terbiasa maka tak ada rasa kesal diantara mereka hingga aktifitaspun tetap berlanjut. Sangat ironis dengan mereka yang mempunyai mata normal. Hanya dengan saling melihat saja bisa timbul rasa permusuhan....
" Apa loe liat-liat..." bentak yg ngerasa dipelototin ...
" lhah....gwe punya mata..!!." samber yg ngeliatin....
Selanjutnya...
" Ayo..kalo berani ke lapangan!!....walaaahhh....jadinya tawuran deh....

Bayangkan!! itu cuma karena lihat-lihatan alias pelotot-pelototan. Apalagi saling bertubrukan, weleh...bakalan pisau bertindak dan celurit berbicara. Dan bayangkan juga bagaimana bahagianya para penyandang tuna netra jika mereka bisa saling pelotot-pelototan.

Terkadang kita memang kurang mensyukuri apa yang telah kita dapat, hingga merasa apa yang telah ada pada kita memang sedemikianlah seharusnya. Padahal diluar sana masih banyak orang yg tidak seberuntung kita hingga tidak dapat menikmati apa yang kita rasakan meski bagi kita terasa biasa.

Seperti mbak asistenku yang selalu merasa spesial jika membawa pulang serta merasakan hasil masakanku meski anakku mengatakan kurang sedep.
" Ibu...kemaren dagingnya puk-empuk ya bu..." gitu kata mbak Kip dengan logat kental Maduranya.
" Mosok tho mbak, wong alot begitu...." jawabku nggak yakin....
" Tak...puk-empuk!! kalau saya masak daging selalu keras...kalau digigit gigi macam mau copot...!!" tambahnya sambil cekikikan...
" Ngrebusnya kurang lama mbak.." kataku lagi..
" Saya ngrebus daging memang sebentar saja bu, kalao dagingnya terlalu empuk nanti cepat bis-habis...."..halah..cekikikan lagi...
Lauk pauk seringkali tersisa bahkan seperti di sia-sia, begitu juga dengan barang-barang serta hal-hal lain. Secara tidak sengaja kita sering menyia-nyiakan apa yang kita punya padahal bagi orang lain sangatlah berharga

Ahh...sepertinya aku harus lebih bersyukur lagi....

9 comments:

Anonymous said...

Jeleknya kita (maksudnya sayah deng bukan kita semuah...) biasanya bisa bersyukur kalo udah liat yang lebih tidak beruntung. Padahal jarang2 banget kaki ini melangkah ke tempat orang2 yang kurang beruntung (secara kasat mata - soalnya kalo dari segi spiritual dan bersifat transendan vertikal ke Atas kan ga pernah tau)

Anonymous said...

iya, mbak. mari kita semua lebih bersyukur....

Anonymous said...

syukur itu kunci nikmatnya hidup

just Endang said...

bisa melihat malah berantem, yg gak bisa lihat malah damai...emang manusia itu semua harus dijedutin kali ya? (*alah...kan sakit*)

Muhammad Mufti said...

Selagi masih diberikan kenikmatan sudah sepantasnya kalau kita mesti bersyukur. Kadang hal yang satu ini sering terlupa dan banyak orang menyesal ketika kenikmatan tersebut dicabut dari kehidupannya. Sebab nikmat yang diberikan Allah akan terus bertambah ketika kita mau mensyukurinya.

Anang said...

mari mensyukuri hidup kita....

amethys said...

yup mari kita mensyukuri hidp ini... hehehe dan nikmatnya akan terasa

elly.s said...

wah kalo diPalembang kampungku tercintah itu memang org2 kemana2 bawa golok...
jadi kalo ada yg melotot atau nginjek kaki dikit nggak jarang berakhir dgn pertumpahan darah...

Memang kita harus bersyukur atas segala nikmat yg diberi...jgn selalu ngeliat keatas...

Anonymous said...

thanks God I have them...