Wednesday, April 19, 2006

Utang bikin puyeng!!

Ngutang lagi..ngutang lagi..

Lagi-lagi masalah utang bikin mumet!!
Belitan utang atau hutang ini bisa menghampiri semua golongan lapisan masyarakat dan akan membuat leher tercekik susah bernapas.Kegiatan berhutang menjadi jalan pintas untuk mendapatkan uang secara cash dengan cara mudah, tetapi akan menimbulkan kebingungan jika jatuh tempo pengembalian utang datang. Judeg!!
Gerakan gali lobang tutup lobang menjadi kegiatan yang bikin deg-deg an, utang lagi....utang lagi... yah...cuma itu yang bisa dilakukan untuk menambal lobang hutang sebelumnya.

Sudah bukan rahasia lagi kalo bayi Indonesia yang baru lahir akan menangis lebih keras dibandingkan bayi negara lain karena kata para pakar ekonomi setiap orang Indonesia menanggung beban hutang sebanyak 7 juta rupiah per kepala termasuk bayi2 yang baru lahir hingga tahun 2015 mendatang. WWiiihhh....serem!! Padahal nggak ngerasa ngutang!!

Sebenarnya juga bukan rahasia jika hutangan dari negara2 pendonor yang konon merasa simpati terhadap keterpurukan dan kemiskinan Indonesia hanya menjadi barang jarahan para oknum yang memanfaatkan kesempatan dalam keribetan. Mendapat utangan dari negara lain serasa mendapat hadiah cuma-cuma sehingga tidaklah dosa jika utang negara menjadi 'rayahan' alias rebutan seperti nasi tumpeng pada saat sekatenan di Kraton Ngayogyokarto.

Masa bodo dengan jatuh tempo pengembalian utang plus
bunga,terkikisnya harga diri, serta banyaknya keterbatasan dalam pengaturan kebijakan dalam negri karena pesanan dari negara pendonor bukan agenda yang menjadi penghalang bagi oknum2 penjarah.
Maka tak heran jika kini negara mau ngutang lagi....
Mengapa tidak hutang jika ada yang mau ngasih utang?!!
Gitu kali prinsipnya....

Bisa memperoleh hutang dalam jumlah besar memang memerlukan kepercayaan dari pihak pemberi hutang.Sehingga untuk golongan masyarakat menengah ada rasa bangga disana ketika pinjaman disetujui dan danapun mengalir, dengan gagah mobil baru maupun rumah baru bisa dinikmati....Bonafide gitu looohh!!


Coba kita menengok gaya utang masyarakat yang tinggal di perkampungan Jakarta dengan mayoritas penghuninya tukang ojek, pembantu rumah tangga dan pekerja serabutan. Tukang kredit berkeliling menjajakan panci2, alat penggorengan dan perabot dapur lainnya hingga baju2 daster dan peralatan elektronik.Rata2 pembayaran dicicil selama sepuluh bulan tetapi ada juga yang diangsur setiap hari tergantung permintaan pengutang dan persetujuan pemberi utang.Bayangin aja...utang impas daster ludes....!!
Tapi hanya dengan proses itulah mereka bisa melengkapi kebutuhan.

Wajib belajar 9 tahun dan memberikan imbas pada keringanan biaya pendidikan ternyata masih merupakan isu.
Si Budi pembantu ibuku di Yogya kerepotan mencari utangan sebagai persiapan memasukkan anaknya ke SMP setelah setelah Ujian Akhir Nasional tingkat Sekolah Dasar nanti.
" Masuk SMP kok mahal ya bu...1 juta jee....padahal sekolahnya didaerah 'mblusuk' agak jauh dari kota lho..." gitu ceritanya...
Bukan sekolah favorite kok ya mahal...padahal cuma didaerah...aku pikir di Jakarta aja yang mahal...
Karena suami Budi yang tukang becak kesulitan mencari utangan akhirnya ibuku turun tangan...
"Matur nuwun buu....nanti akan saya bayar kalau suami saya berhasil memperoleh utangan dari tauke juragan pembuat kaos itu..." katanya sok yakin.

Bagaimanapun gali lobang tutup lubang akan terus berjalan pada arus lapisan bawah. Pepatah yang mengatakan besar pasak dari pada tiang tidak ada artinya pada golongan ini.
Seyogyanya besarnya pengeluaran tidak boleh melebihi pendapatan, tapi kalau pendapatan sangat minim, sangatlah beruntung jika kebutuhan primer bisa terpenuhi. Bagaimana pula nasib keluarga penarik becak yang terkadang pulang dengan tangan hampa.....
Yahh...apa daya...memang tiang mereka sangatlah kecil....

No comments: