Friday, October 08, 2010

Badan kekar bermental tahu

Akhir - akhir ini saya merasa gerah tinggal di negri sendiri. Bagaimana bisa sejuk jika setiap hari Jakarta selalu punye cerite. Makanya sumuk masih tetap saja sumuk, gerah masih saja gerah meski hampir setiap hari hujan mengguyur kota Jakarta. Dari berita tawuran, pedang2an, bacok2an, senpi2an, hingga serabutan lalu lintas jalanan, semua membuat kuping berasap sampai ke ubun2, Semakin hari watak ingin menang sendiri semakin nyata terlihat dalam kehidupan masyarakat. Perasaan ingin menang sendiri dan merasa paling benar diobral walau seringkali menimbulkan kerugian dikalangan masyarakat serta lingkungannnya. Kini mengumbar amarah, emosi serta menebar benci sudah merupakan kisah umum sehari-hari menggantikan cerita kehidupan damai nan sejahtera. Argh...sudah nggak damai, kesejahteraan pun masih tipis.

" Ini gara2 kebanyakan makan kuning telor, mangkanya dikit2 marah, hal2 sepele aja nggebrak meja !" kata temanku.
wkqkqkqkq .....kena penyakit bloedroeg alias darah tinggi ya bu...'panas baran', kata orang Malesia.

Tragisnya banyak yang tidak tahu apa yang menjadi pokok permasalahan namun ikut terlibat dalam pesta tawuran dengan mengabaikan keselamatan diri sendiri, masyarakat sekitar serta tidak mempedulikan kerusakan fasilitas umum akibat perbuatan mereka. Pelampiasan dendam dan marah ini tampaknya memacu adrenalin dalam tubuh sehingga memberikan kepuasan tersendiri.

Bagi yg terlibat mungkin merasa seperti pahlawan karena membela kebenaran menurut versi mereka. Tapi menurutku gaya mereka sama sekali nggak 'keren' karena beraninya cuma keroyokan. Coba kalau berani tawuran satu lawan satu seperti jaman perang Bharatayuda antara prajurit Pandawa dengan Kurawa dimana satu prajurit berhadapan dengan satu prajurit secara ksatria. Dilihat dari gayanya, para pahlawan kesiangan masa kini tersebut bisa diibaratkan sebagai tahu cina, dibanding tahu2 lain bentuknya lebih kuat dan kenyal tapi terkena sedikit tekanan tetap saja 'mlenyok' alias rusak. Hmm...apalah artinya berbadan kekar kalau bermental tahu. Maka beraninya cuma kalau berbarengan, ramai2 asal bisa membuat berisik dan merusak suasana tentram.

Menghilangkan panu tidak cukup hanya dengan memoleskan bedak saja, tapi harus diberantas dengan obat pembasmi panu, kadas, kurap, harus dibabat sampai ke akar2nya. Begitu juga dengan berbagai permasalahan yg ada saat ini, selesaikan dengan mengupas tuntas hingga seluruh ganjalan terlepas, setelah semuanya jelas baru dilibas dan diberantas. Jangan asal berteriak, mengamuk sampai kehilangan kontrol karena tidak ada manfaatnya, malah akan merugikan masyarakat sekitar yg tidak tahu apa-apa

Tapi bisa ngga ya rasa adem kembali menyelimuti bumiku ?
Sepertinya bisa saja kalau kita sama2 jadi orang sabar. Sabar bukan dalam artian cuma 'nrimo' saja tapi ciptakan suasana kondusif dengan tanpa mengumbar emosi dan amarah. Selesaikan masalah dengan membuat strategi yang taktis, logis, manis dan anti rumpies.
* Ngarep.com*

No comments: