Monday, May 18, 2009

Wisata Kuliner tanpa MSG ?.. mungkin nggag ya ?

Wisata Kuliner memang kegiatan yang sedang trend akhir-akhir ini. Terutama buat pehobi icip-icip berbagai masakan nusantara aktivitas ini tentu saja tidak akan pernah membosankan, malah selalu ditunggu. Menjamurnya tempat-tempat wiskul juga semakin menggoda para pecinta makanan, sehingga setiap saat menantang mereka untuk mencoba, merasa, dan mencela...eh salah...!!
Kalau cita rasanya yahud pastinya harus konsekuen, acungkan 4 jempol ibu jari tangan dan kaki tingi-tinggi untuk menunjukkan apresiasi agar mereka lebih berprestasi.

Banyaknya para penjuwal makanan terkadang membuat ibu-ibu menjadi malas masak, terutama bagi yang tidak mempersoalkan perihal harga. Padahal semua juga tahu bahwa masakan rumah lebih hygienis, berkualitas, dan sehat. Tapi kebiasaan makan diluar menjadi penyebab kenapa kita menjadi malas makan masakan rumah, sebab lidah sudah lebih akrab dengan masakan waroeng/resto yg terasa lebih sedap dan gurih dari pada masakan rumah yang kurang ' nendang'..? ...

Moto alias vetsin bin MSG lah yang menjadi biang rahasia gurihnya. Sayangnya pemberian vetsin seringkali berlebihan sehingga seringkali membuat kepala menjadi pusing. perut mual dan haus. Terutama setelah menyantap masakan dari restoran China yang terkenal berani ' micin ' Jadi ingat masa-masa eneg setelah jajan chineese food. Dulu di saat dakyu belum terlalu concern dengan halal dan haram, bakmi China merupakan makanan favoritkuku. Ketika itu makan di chineese resto kulakukan tanpa rasa bersalah, rasanya halal-halal saja apalagi di saat memesan makanan tidak pernah lupa menyampaikan pesanan khusus kepada pramusaji ....
" dagingnya ayam ya...jangan babi..." .... wes... rasanya sudah aman...

Bisa dimaklumi saat itu masih banyak orang yang belum begitu paham mengenai hal ini. Bahkan ketika saling nasehat-mensasehatipun seringkali malah membuat orang lain jadi keblinger...
" kalau cumen nyruput kuahnya saja nggag papa, asal dagingnya jangan dimakan ...." ....
" lha cumen minyaknya ya nggag masalah, sing penting jangan dagingnya ,,,,"

Biyuh...biyuuuhhh...Astaghfirullahalladzim......
Untung belum ada virus babi pilek .

weleh
..ngelantur..
Kembali ke Laptop !! ....

MSG yang terkandung di setiap mangsakan dan makanan yg kita beli di waroeng or reso memang selalunya membuat mulut 'aor' dan kepala ' nggliyer' setelah mengkonsumsinya. Sekarang tidak cuma chineese food resto yang demen menabur vetsin, bakso keliling,bakmi nggirlan, gorengan bakwan dll. di berbagai tempat, termasuk di kantin sekolah anak-anak kita.

Coba deh sekali-kali memperhatikan bagaimana mereka memasak, dan perhatikan seberapa banyak 'moto' alias vetsin yang digunakan....weh..cidak-ciduk..mungkin dalam satu mangkuk bakso penjuwal akan memberikan setengah sampai dengan satu sendok teh (2-3 gram). Kononnya jumlah MSG sebanyak itu sudah bisa membuat seseorang terkena chinese food syndrome...yaitu tadi ..kliyengan, eneg2, dan rasa panas di mulut. Apalagi penjuwal yang kemampuan meracik bumbunya kurang piawai, mungkin bakalan lebih ganas lagi dalam pemakaian vetsin. Tidak cuma cidak-ciduk, tapi 'mak byuk'..

" Bisa nggag ya kita mengedukasi para pengusaha wisata kuliner untuk say no to MSG
?..." gitu kata seorang sahabat masa kecilku..
Secara hobi lesehan makan bakmi jawa tidak bisa tersalur dengan baik karena khawatir dengan penggunaan MSG yang disinyalir berlebihan karena setelah menyantap kuliner tersebut gejala mual-mual selalu muncul.

Dalam mengedukasi pedagang untuk say no to MSG tentunya juga tidak mudah secara MSG merupaka senjata andalan mereka selain wajan dan sothil.( piranti penggorengan) Lebih dari itu sebenarnya penambahan MSG dilakukan selain untuk menambah kelezatan juga untuk mendongkrak rasa percaya diri akan kepiawaian memangsak. Jadi say no to vetsin mungkin bisa terjadi kalau secara serempak dilakukan oleh para pedagang, sebab jika tidak dilakukan bersama2 mereka pasti akan berpikir ...
" lhahh...sing nganggo moto yo luweh laris..lha luweh enuakk..." ( yg memakai vetsin tentu sja lebih laris karena huennyiakk.. )

Pembelinya juga harus diedukasi, jika tidak kemungkinan bisa mengecilkan hati penjuwal..
" sak niki rasane kok seje to pak...ra nganggo ayam kampung po kok ora gurih..." .
( sekarang kok rasanya beda sih, kurang gurih...nggag pake ayam kampung ya...)
Welha..rak blaik tenan...

Jadi kemungkinan para pengusaha wiskul akan mengurangi MSG atau bahkan membabat habis kebiasaan menabur MSG di sela-sela kegiatan mengolah masakan apabila para pelanggan sudah emoh mengkonsumsinya, dan ini bisa diawali dari masakan ibu di rumah yang anti vetsin. Tapi bisakah kita mengurangi MSG atau benar-benar meninggalkannya ?...
Jika anda mampu untuk tidak selalu memanjakan lidah kemungkinan bisa, tapi kalau terasa berat mungkin dapat dimulai dengan mengurangi jumlah pemakaiannya karena kononnya MSG aman2 saja digunakan jika takaran penggunaannya hanya 1-2 korek kuping setara dengan 30-60 mg seperti takaran penggunaan di saat pertama kali MSg digunakan pada th'60. Tapi kalau pengen sehat mendingan dihindari sama sekali deh, biar jauh dari hipertensi.
Pengen baca detil ttg MSG ini linknya : http://medikaholistik.com/2033/2004/11

7 comments:

mata said...

saya sebenarnya pengen membiasakan makan masakan rumah. istri saya demen banget kalau disuruhmasak. soalnya dah pasti dia cuma pake blueband sama bawang merah sama bawang putih.

tapi buntut buntutnya ya junk food, kuliner yang penuh MSG, wes pokok'e ngga karuan pola makannya

Larasati said...

apa kabar mata,,
wah...lama nih gag saling berkunjung.
Saya jarang maen2 di blog, yg biasa di blog dulu udah pada pindah ke lain hati..he.he..demam FB. Punya acc FB kah..?

Suharto said...

Setuju mbak wisata kuliner tanpa MSG. Kebetulan istri saya pernah kena kanker. Alhamdulillah sembuh. Hikmahnya sekarang keluarga saya sehari hari tanpa MSG. Kalau jajan di luar otomatis waktu pesan makanan teriak dulu tanpa MSG. Mungkin kuahnya sudah diberi MSG waktu bikinnya. tapi paling tidak sudah kita kurangi. Omong2 mbak katanya di negara2 maju kayak Jepang, USA, juga Malaysia dan Singapura, banyak makanannya yg tanpa MSG, apa benar ya??? Katanya terutama yg dijual dalam packing di supermarket2 banyak tertulis " No added MSG, Preservatives or Artificial Colours". Kalau benar , wah nasibnya rakyat di negara Indonesia ya, bakal bodoh2 terus selamanya,. Udah gitu pemerintahnya juga tidak ikut cawe2 tentang bahayanya MSG.

Larasati said...

suharto,memang di MY banyak makanan yg non msg, u makanan melayu berani pake santan, jadi nyemek2 gitu bentuknya.Tapi kalo dikedai2 tetep ada jg yg menggunakan msg..seneng yg gurih2 juga

Pia said...

iya neh...aku juga sekarang lagi mengurangi vetsin, pala pusing...:(

lam kenal, asslmkm

Larasati said...

salam kenal kembali Pia... :)

Anonymous said...

Yes, really. All above told the truth.