
Ulang tahun kemerdekaan RI ke 62 masih 2 bulan lagi, tapi pembukaan acara menyambut hari jadi ini sudah dimulai. Minggu 17 Juni kemaren Kedubes RI menggelar Hari Keluarga yang di hadiri oleh segenap masyarakat Indonesia di Kuala Lumpur bertempat di Taman Titiwangsa. Hadirin lumayan banyak dan acaranya cukup meriah serta banjir hadiah doorprize meski gak ada satupun nomerku yang nyangkut.
Ah...gak papa, seandainya dapat hadiah sepeda kecil malah gak ada yg pakai, kalau dapat setumpuk makanan malah gak ada yang makan, kalau dapat...malah gak ada yang..... wes gak papalah gak dapat doorprize....menghibur diri.com.
Seperti biasa acara dimulai dengan sambutan dari petinggi kedutaan yang disampaikan oleh wakil dubes. Menyaksikan acara tersebut aku jadi bener-bener teringat pada kampung halaman. Ingat masa kecil disaat perayaan tujuh belasan, ingat ketika pak RT berpidato dalam rangka memperingati ulang tahun kemerdekaan sesaat sebelum acara panggung dimulai.
Isi pidato pak wakil dubes sangat penting yaitu menyampaikan berita kepada warga Indonesia yang hadir bahwa sekarang kata-kata Indon tidak akan kita jumpai lagi di koran-koran lokal baik yang berbahasa inggris maupun melayu, berganti dengan kata INA. Memang satu langkah bagus untuk menaikkan citra Indonesia di ranah Melayu ini, mengingat kata2 Indon terasa menyakitkan karena konotasinya terasa merendahkan derajad bangsa Indonesia. Dengan berhentinya penyebutan kata indon maka potensi kerenggangan hubungan akibat merasa dilecehkan diharapkan akan berkurang sehingga warga Indonesia yang tinggal di MY akan merasa nyaman serta aman.
Memang baru2 ini menteri penerangan MY melarang wartawan media cetaknya agar tidak menuliskan Indonesia dengan Indon , meski katanya hanya untuk menyingkat penulisan agar tidak terlalu panjang, jadi bukan bermaksud merendahkan.
Kalau begitu menulis INA akan lebih ringkas dong daripada Indon, jadi awas ya kalau sampai ketahuan nulis Indon lagi....tak sobek-sobek koranmu !!
Meski banyak warga Indonesia yang merasa risih dengan sebutan Indon, tapi ada juga yang tidak tahu kenapa masalah Indon dan Indonesia dipertentangkan.
" Beda ya bu Indon dengan Indonesia....?" Biasanya mbak asisten akan bertanya bingung kalau bosnya membetulkan ucapan Indonnya dengan Indonesia.Begitu juga dengan mbak2/mas2 pekerja lainnya. Sehingga dengan tanpa rikuh dan pekewuh mereka akan menyebut Indon dengan mantap jika seseorang bertanya dari mana asalnya. Otomatis dalam bahasa perckapan sehari-hari kata-kata Indon masih aktif beredar dipasaran berbeda dengan bahasa diberbagai tulisan yg sudah mulai berangsur hilang karena pelanggar akan mendapat teguran dari pak menteri penerangan.
Hmm...aku jadi ingat kejadian beberapa waktu lalu di Carefour Wangsa Maju...
Saat itu aku sedang mendengarkan penjelasan petugas penyedia servis cuti-cuti malaysia. Selanjutnya dia bertanya...
" Kakak orang Indo...nn..nesia..ya..?"
" Jadi setiap kali kakak hendak balik ke Indo..nn..Indonesia...kakak dapat diskon bla..bla.bla..." cecarnya menggebu-gebu...
Wealah...kata-kata Indon sudah kutunggu-tunggu tapi kok selalu direvisi kembali jadi utuh .
Aku nggak tahu...dia gagal menyebut indon karena ingat pak mentri penerangannya atau karena grogi melihat mataku yang memandang dalam ke bola matanya ketika dia mau menyebut kata Indonesia.