Wednesday, March 01, 2006

Dari simbah ke bocah

pikiran ngglarang..

Papa Alfa Charli Alfa Romeo...Masih inget era 80an jamannya brik2an dulu?? Brik..brik..brik...apa sudah di kopi ganti..kresek..kresekkkk....yap! dicopy.. disini yanky alfa delta india ganti.....kresekk...cesssss...weleh2..kabelnya putus!!

Betapa ribetnya interaksi anak2 muda gaul jaman dulu. Jaman tahun lapan puluhan jangankan chatting, ngimil, friendster, hand phone...telpon rumah aja banyak yang belom punya. Kirim2an lagu dan kirim2an salam lewat fans and phone di radio remaja udah bikin seneng dan membuat hati berbunga2 anak SMA pada masa itu. Oleh karena di kotaku Yogyakarta saat itu belom banyak telepon rumah maupun telepon umum akhirnya kartu pos pun laris manis dan stasiun radio remaja penuh sesak pada tiap jam anak pulang sekolah. Sambil melepas penat menunggu waktunya kembali kesekolah untuk kegiatan sore hari, abg2 'jadul' ( jaman dulu) ini mendengarkan penyiar radio yang dengan telaten membacakan kartupos satu demi satu. Ehm..sesekali senyum2 ingat 'gebetan'...terkadang hidung kembang kempis dapet pujian...terkadang ngikik ada yang mbanyol..... Itulah masa2 manis disekolah...

Beda banget sama anak2 jaman sekarang, mereka sudah tidak punya alasan lagi untuk tidak punya teman. Ibaratnya teman dari seluruh duniapun bisa dirangkul, asal piawai dalam baca tulis alat komunikasi dan cara interaksi antar sesama tinggal pilih....Lebih tak terbendung lagi jika connecting internet 24 jam penuh, jendela dunia seakan terbentang didepan mata hingga selain berkomunikasi informasi apapun bisa mereka gali sampai titik darah penghabisan dan..sstt..tanpa suara...Dalam kediaman mereka merambah dunia dan menciptakan jaringan pertemanan yang tak terbatas.

Pada eranya simbah dan nenek moyang kita yang segala sesuatunya masih dalam keadaan serba terbatas, jangankan 'goal gaul' macam anak sekarang untuk mengirim berita sekedar berita keselamatanpun bisa memerlukan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Disamping penyampaian informasi yang membutuhkan waktu lama, untuk pelampiasa luapan isi hati dan menumpahkan gejolak kreativitas sarana yang digunakanpun juga masih sangat sederhana diantaranya batu, kayu, daun, pohon2an..dan entah apa lagi... Bahkan sebuah karya agung semacam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular dan melahirkan barisan kata indah Bhinneka Tunggal Ika pun hanya ditulis diatas daun lontar.

Kalau kita menengok mundur kemasa yang lebih silam, konon pada jamannya nabi seorang cendikiawan adalah orang yang mempunyai kemampuan menghapal luar biasa.Sehingga orang merasa tidak perlu menulis karena merasa malu dianggap tidak pandai.Sangat terbalik dengan teori masa kini yang menganggap kemampuan memorizing (menghapal) dan recalling (mengingat) merupakan bentuk kecerdasan manusia yang paling sederhana dibandingkan dengan menganalisa dan mensintesakan suatu masalah. Memang gak heran karena era sekarang adalah era tulisan yang membuat manusia menjadi malas menghapal sehingga ujian dengan 'open book' menjadi favorit mahasiswa.

Betapa sulitnya urusan informasi dan komunikasi pada jaman dahulu, bandingkan dengan sekarang yang hanya sekedar berita nyolong ayam bisa segera kita ketahui dikoran lokal lewat akses internet, jika ada masalah angkat telepon beres. Semua itu terasa sangat ajaib bagi orang dulu.

Bersyukur sekarang kita hidup dijaman serba maju seakan dunia bisa kita rengkuh serta kuasai, sehingga kalau kebablasan..... tak ayal akan terjerumus sendiri dalam kecanggihan ini. Untuk menjaga supaya rem tetap pakem tampaknya kita harus belajar andap asor suatu sikap rendah hati dan kesederhanaan dari masa lalu yaitu dari orang2 tua kita meski perlu juga belajar dari anak2 untuk mengetahui masa depan, karena anak2 sekarang adalah bayangan masa yang akan datang. Wallahualam.

No comments: